Renungan dari seorang difable untuk diriku


Seperti biasa hari akhir pekan ini aku berkunjung ke rumah yang akan ditempati kakaku nanti di daerah sawangan.

Ketika pulang ke arah yang berlawanan dari jalan tadi berangkat, aku bertemu dengan seorang laki-laki difable dengan kedua kakinya yang pincang, dimana kondisi kedua kakinya (maaf) seperti terpelintir 90 derajat.

Ketika aku bertemu dirinya di suatu belokan jalan yang memang banyak lubangnya dan sedikit bebatuan, dirinya berlumuran lumpur tanah di bagian baju belakangnya dan pada saati itu ada seorang laki-laki/bapak2 seperti telah membantunya bangun dari jatuh ketika dia menaiki sepedanya.

Diriku hanya bisa berjalan pelan di belakangnya ketika dirinya mencoba untuk menjalankan sepedanya dengan berjalan kaki yang memang aku pikir cukup berbahaya untuk kondisi tubuhnya seperti itu. Dirinya berjalan agak ketengah jalan karena menghindari  jalan berlubang disisi kiri, dan aku tidak tega untuk mengklakson karena menurutku itu tidak manusiawi jika aku melakukannya.

Didalam mobilpun kedua orang tuaku memberikan respeknya ketika anak-anak kecil di sekitar kejadian seperti menunggu sang lelaki difable itu untuk diledek. Iya aku tahu mereka hanya anak-anak tetapi tidak sepantasnya mereka seperti itu hanya karena dia difable, apalagi umur lelaki tersebut mungkin sudah 20an akhir yang seharusnya mereka hormati karena lebih tua.

Dalam hatiku, aku hanya terus berdoa untuk dirinya untuk sellau diberi kemudahan hidup oleh Allah SWT. Allah maha adil untuk umatnya, aku yakin itu...

Comments